Sejarah Singkat Teater Indonesia
4. Sejarah Teater Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani
”theatrom” yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung.
Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam
naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati
cerita tanpa harus membayangkan. Teater sebagai tontotan sudah ada
sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada
sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di
Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi
lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Lahirnya
adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama,
lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa
nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan
dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan
penceritaan. Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan,
sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini
kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah
teater.
4.1 Mengapresiasikan Karya Seni Teater Kegiatan berteater dalam
kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang
asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan
teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan,
tingkat-tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan
kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan
dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik
mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya
kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater
yang berkembang di wilayah negara kita.
4.2 Pengertian Teater
arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan
didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus,
sulap, reog, band dan sebagainya.
arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media :
percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada
naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian. Teater adalah
salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan
dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak,
suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang
kehidupan manusia. Unsur-unsur teater menurut urutannya :
• Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
• Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi dan gerak rupa)
• Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran) • Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
• Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
• Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan
narasi) Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang
utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur –unsur penunjang
dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan
segala macam pernyataan seni.
4.2.1. Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya : a. Teater
rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan ,
bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah
pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong,
ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan
keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk
lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita
berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewadewa .
Contoh : teater Wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk
rakyat dan keraton . teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul
dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai
produk dari kebutuhan baru , sebagai fenomena modern dalam seni
pertunjukan di Indonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia
bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung
potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas.
Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti
teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan
pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater
Indonesia masa kini.
Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang
tumbuh dan berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya
agraris (bertani) yang tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan,
siklus kehidupan maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai menanam padi
harus diadakan upacara khusus untuk meminta bantuan leluhur agar padi
yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari berbagai gangguan. Juga
ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka dilaksanakan upacara
panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang (kelahiran,
khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu ditandai dengan
peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian,nyanyian
maupun cerita, dengan acara, tata cara yang unik dan menarik. Teater
rakyat adalah teater yang hidup dan berkembang dikalangan masyarat untuk
memenuhi kebutuhan ritual dan hiburan rakyat.
4.2.2 Fungsi – Fungsi Teater Rakyat Fungsi – Fungsi Teater Rakyat :
1. Pemanggil kekuatan gaib
2. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat terselenggaranya pertunjukan
3. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat.
4. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya.
5. Pelengkap Upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang.
6. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu.
7. sebagai media hiburan. Ciri-ciri umum teater rakyat diantaranya :
1. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi atau kehidupan sehari-hari.
2. Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian
3. Unsur lawakan selalu muncul
4. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan dan dalam
satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus yaitu tertawa dan
menangis.
5. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional
6. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab bahkan
terlibat dalam pertunjukan dengan berdialog langsung dengan pemain.
7. Mempergunakan bahasa daerah.
8. Tempat Pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton)
SENI PERAN
Kekuatan utama yang menjadi daya tarik sebuah pertunjukan teater adalah
akting atau tingkah laku para pemain dalam memerankan tokoh yang sesuai
dengan tuntutan karakter dalam naskah. Kekuatan inilah yang akan
menjadi magnit , bagus , menarik ,indah, punya kekuatan atau tidak
berkarakter, tidak menarik bahkan membosankan akan menentukan penonton
bertahan tidaknya ditempat duduknya.
Virtuositas adalah kekuatan atau daya tarik seniman yang dilahirkan
dari keterampilan,kecerdasan serta pendalaman sepenuh hati dan jiwa pada
karya yang ditampilkan, sehingga menimbulkan rasa empati dan simpati
bagi yang melihatnya. Untuk tampil bagus dan menarik dipanggung
teater,seorang aktor harus menguasai berbagai tehnik dan keterampilan
seni peran. Seperti dikatakan oleh stanislavsky, seorang aktor harus
menguasai olah tubuh, vokal, dan harus mempunyai daya konsentrasi,
imajinasi, fantasi, observasi serta mempunyai kecerdasan, wawasan,
pengetahuan yang luas tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Sehingga
ketika sorang aktor membawakan peran tokoh dalam sebuah pementasan akan
tampil dengan kedalaman karakter yang indah, menarik dan penuh
penghayatan yang sesuai dengan tuntutan naskah pertunjukan. Pemahaman
mengenai karakter ini adalah penggambaran sosok tokoh peran dalam tiga
dimensi yaitu keadaan fisik, psikis dan sosial.
Keadaan fisik meliputi ; umur, jenis kelamin,cirri-ciri tubuh,
cacat jasmaniah,cirri khas yang menonjol,suku bangsa, raut muka,
kesukaan, tinggi/pendek, kurus gemuk, suka senyum/ cemberut dan
sebagainya. Keadaan psikis meliputi ; watak, kegemaran,
mentalitas,standar moral, temperamen,ambisi, kompleks psikologis yang
dialami, keadaan emosi dan sebagainya.Keadaan sosiologis meliputi ;
jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi dan sebagainya,
keadaan sosiologis seseorang akan berpengaruh terhadap prilaku
seseorang, profesi tertentu akan menuntut tingkah laku tertentu pula.
Pencapaian seorang aktor dalam mewujudkan sosok peran sesuai karakter
ini juga ditentukan oleh pengalaman dan kepekaannya dalam menghayati
kehidupan serta pengalaman tampil dalam berbagai pementasan. WS. Rendra
menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber gaya yaitu aktor
atau bintang, sutradara, lingkungan dan penulis.
Aktor atau bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan
ditentukan oleh pemain-pemain kuat yang mengandalkan kepopuleran,
kemasyuran , ketampanan atau kecantikan atau daya tarik sensualnya.
Pemain bintang akan menjadi pujaan penonton dan akan menyebabkan
pementasan berhasil . jika yang dijadikan sumber gaya adalah actor dan
bukan bintang maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton .
aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara
sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa
tokoh sebagai jiwa sendiri.
4.4 Akting Ajaran akting menurut Boleslavsky dalam buku Enam Pelajaran
Pertama Bagi Calon Aktor : 1. Pelajaran pertama : Konsentrasi Pemusatan
pikiran merupakan latihan yang penting dalam akting, konsentrasi
bertujuan aagar actor dapat mengubah diri menjadi orang lain , yaitu
peran yang dibawakan . juga berarti aktor mengalami dunia yang lain
dengan memusatkan segenap cita, rasa dan karsanya pada dunia lain itu.
Jadi tidak boleh perhatiannya goyah pada dirinya sendiri dan pada
penonton. Meskipun lakon berjalan, konsentrasi aktor tidak boleh
mengendor, juga jika saat itu tidak kebagian dialog atau gerakan
.kesiapan batin untuk mengikuti jalannya cerita sampai berakhir,
memerlukan konsentrasi. Latihan konsentrasi dapat dilakukan melalui
fisik (seperti yoga), latihan intelek atau kebudayaan(misalnya
menghayati musik, puisi,seni lukis) dan latihan sukma (melatihan
kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi).
2. Pelajaran kedua : Ingatan Emosi. The transfer of emotion merupakan
cara efektif untuk menghayati suasana emosi peran secara hidup wajar dan
nyata. Jika pelaku harus bersedih , dengan suatu kadar kesedihan
tertentu dan menghadirkan emosi yang serupa, maka kadar kesedihan itu
takatannya tidak akan berlebihan, sehingga tidak terjadi over acting.
Banyak peristiwa yang menggoncangkan emosi secara keras dan hanya aktor
yang pernah mengalami goncangan serupa dapat menampilkan emosi serupa
kepada penonton dengan takaran yang tidak berlebihan.
3. Pelajaran ketiga : Laku Dramatik Tugas utama aktor menghidupkan
atau memperagakan karakter tokoh yang diperankannya, dan menghidupkan
aspek dramatisasi melalui ekspresi atau mimik wajah melalui dialog, dan
pemanfaatan seting pendukung (misal membanting). Aktor harus selalu
mengingat apa tema pokok dari lakon itu dan dari perannya, untuk menuju
garis dan titik sasaran yang tepat dengan begitu ia dapat melatih
berlaku dramatik Artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai
dirinya sendiri, tetapi sebagai pemeran, untuk itu memang diperlukan
penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam sehingga dapat diadakan
adaptasi
4. Pelajaran keempat : Pembangunan watak Setelah menyadari perannya dan
titik sasaran untuk peranannya itu aktor harus membangun wataknya
sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak itu didahului
dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasiannya dan
menghidupkan watak itu seperti halnya wataknya sendiri. Dalam proses
terakhir itu diri aktor telah luluh dalam watak peran yang dibawakannya,
atau sebaliknya watak peran itu telah merasuk kedalam diri sang aktor.
5. Pelajaran Kelima : Observasi Jika ingatan emosi, laku dramatik dan
pembangunan watak sulit dilakukan secara personal, maka perlu diadakan
observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang dibawakan. Untuk
memerankan tokoh pengemis dengan baik , perlu mengadakan observasi
terhadap pengemis dengan ciri fisik, psikis dan sosial yang sesuai
6. Pelajaran Keenam : Irama Semua kesenian membutuhkan irama, akting
seorang aktor juga harus diatur iramanya, agar titik sasaran dapat
dicapai , agar alur dramatik dapat mencapai puncak dan penyelesaian.
Irama juga memberikan variasi adegan, sehingga tidak membosankan. Irama
permainan ditentukan oleh konflik yang terjadi dalam setiap adegan.
7. Suara dan Cakapan Suara dan cakapan adalah dua hal pokok yang
harus digarap dengan nada yang sesuai, karena keduanya sangat menentukan
suksesnya pementasan. Siswa perlu dilatih mengucapkan vocal a, I, u, e,
o dengan mulut terbuka penuh. Mungkin dalam percakapan sehari-hari ini
tidak perlu; akan tetapi di pentas, hal-hal yang sehari-hari perlu
diproyeksikan karena suara diharapkan dapat sampai pada penonton di
deretan tempat duduk paling belakang. Ada kalanya seorang pemain mampu
mengucapkan kata dengan jelas atau “las-lasan”, tetapi toh dialog yang
diucapkannya tidak merangsang pengertian. Jika ini terjadi, maka
persoalannya pada apa yang lazim disebut phrasering technique atau
teknik mengucapkan dialog. Kalimat atau dialog yang panjangharus
dipenggal-penggal lebih dahulu, sesuai denga satuansatuan pikiran yang
dikandungnya. Satu hal lagi yang masih berhubungan dengan latihan vokal
ialah perlunya dipahami adanya nada ucapan. Kata “gila” dapat berarti
umpatan keras, pujian, kekaguman, jika diucapkan dengan nada yang
berbeda-beda. Ini artinya nada ucapan tidak hanya berfungsi untuk
menciptakan dinamika, tetapi juga menciptakan makna. Pada saat pemain
mengucapkan dialog, kata-kata ternyata tidak diucapkan datar, tetapi
terkandung di dalamnya lagu kalimat. Lagu kalimat itu menyarankan
pertanyaan, perintah, kekaguman, kemarahan, kebencian, kegembiraan, dan
sebagainya. Di samping itu, lagu kalimat juga menyarankan dialek
tertentu, misalnya dialek Jawa seperti terdengar dari lagu kalimat yang
diucapkan pemeran dalam drama seri Losmen; dalam film Naga Bonar
terdengar lagu kalimat yang menyarankan dialek Batak.
4.5 Gaya Akting Pemahaman dan penafsiran tentang prinsip
berteater, dalam proses aktualisasinya oleh para seniman penggarap atau
sutradara, terbagi dalam dua pemahaman yang berbeda yaitu :
Teatrikalisme adalah praktek berteater yang bertolak dari
anggapan bahwa teater adalah Teater. Suatu dunia dengan kaidah-kaidah
tersendiri yang berbeda dgn kaidah-kaidah kehidupan, teater tidak perlu
sama dengan kehidupan kehidupan distilasi (digayakan) dan di Distorsi
(dirusak), prinsip seperti ini dapat kita lihat dalam teater-teater
tradisional. Atau teater- teater kontemporer. Melahirkan gaya akting
grand style ( akting di besar-besarkan ) dan Komikal yaitu gaya akting
dengan mengekplorasi kelenturan tubuh sehingga menampilkan tubuh-tubuh
dengan gestikulasi yang unik dan lucu
Realisme adalah eater harus merupakan ilusi atau cermin
kehidupan nyata (Realitas). Teater Ilusionis, kehidupan ditiru setepat
mungkin agar ilusi tercapai. pemahaman ini berkembang dalam teater barat
(konvensional). Gaya aktingnya adalah gaya realis yaitu wajar mirip
dengan gaya kehidupan sehari-hari. Untuk melatih tehnik keaktoran maka
diperlukan naskah sebagai pijakan dalam mewujudkan suatu peranan.
Dibawah ini terdapat beberapa cuplikan naskah dari beberapa penulis
drama yang sudah terkenal, dengan berbagai gaya penulisan naskah yang
dapat kalian mainkan sebagai latihan pemeranan.
4.6. Beberapa istilah dalam teater Dalam membicarakan drama
banyak kita jumpai istilah yang erat hubungannya dengan pementasan
drama, antara lain sebagai berikut :
1. Babak Babak merupakan bagian dari lakon drama. Satu lakon
drama mungkin saja terjadi dari satu, dua, atau tiga babak mungkin juga
lebih. Dalam pementasan, batas antara babak satu dan babak lain ditandai
dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak.
Bila lampu itu dinyalakan kembali atau layar ditutup kembali, biasanya
ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda.
Baik setting tempat, waktu, maupun suasana terjadinya suatu peristiwa.
2. Adegan Adegan adaalh bagian dari babak. Sebuah adegan hanya
menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian
suasana-suasana dalam babak. Setiap kali terjadi penggantian adegan
tidak selalu diikuti dengan penggantian setting.
3. Prolog Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama.
Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar
dapat mengikuti lakon(cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya,
prolog sering berisi lakon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta
konflik-konflik yang akan terjadi di panggung.
4. Epilog Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan.
Isinya, biasanya berupa kesinpulan atau ajaran yang bisa diambil dari
tontonan drama yang baru disajikan.
5. Dialog Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan
peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya,
jalannya cerita drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para
pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai
penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup
keras sehingga dapat didengar semua penonton. Seorang pemain yang
berbisik, misalnya harus diupayakan agar bisikannya tetap dapat
didengarkan para penonton.
6. Monolog Monolog adlah percakapan seorang pemain dengan dirinya
sendiri. Apa yang diucapkan itu tidak ditujukan kepada orang lain.
Isinya, mungkin ungkapan rasa senang, rancana yang akan dilaksanakan,
sikap terhadap suatu kejadian, dan lain-lain.
7. Mimik Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk
menunjukkan emosi yang dialami pemain. Ekspresi wajah pemain ayng
sedang sedih tentu saja berbeda dengan ketika sedang marah
8. Gestur Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain.
9. Bloking adalah aturan berpindah tampat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar penampilan pemain tidak menjemukan.
10. Gait Gait berbeda dengan bloking karena gait diartikan
tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain. Layar
adalah kain penutup panggung bagiandepan yang dapar dibuka dan ditutup
sesuai kebutuhan. Tidak semua panggung dilengkapi layar
4.7. Unsur-unsur Lakon Teater
1. Tema cerita Agar cerita menarik perlu dipilih topik, contoh tema masalah Keluarga topiknya misal Pilih Kasih
2. Amanat Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton.
3. Plot Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot
adalah jalan cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai
dari konflik yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks sampai
pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happy ending,
atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan menafsirkan
sendiri akhir cerita. Ada enam tahapan plot :
a. Eksposisi Tahap ini disebut tahap pergerakan tokoh
b. Konflik Dalam tahap ini mulai ada kejadian
c. Komplikasi Kejadian mulai menimbulkan konflik persoalan yang kait-mengkait tetapi masih menimbulkan tanya tanya.
d. Krisis Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya
e. Resolusi Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik
f. Keputusan Adalah akhir cerita
4. Karakter Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri
jiwa seorang tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan
suka menolong, sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa
juga tokoh berdialek suku tertentu.
5. Dialog Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak
yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung
karakter tokoh yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon.
6. Setting Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya
suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung
harus bisa menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Panggung harus
bisa menggambarkan tempat adegan itu terjadi: di ruang tamu, di rumah
sakit, di tepi sungai, di kantin, atau di mana? Penataan panggung harus
mengesankan waktu: zaman dahulu, zaman sekarang, tengah hari, senja,
dini hari, atau kapan? Demikian pula unsur panggung harus diupayakan
bisa menggambarkan suasana: gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi
mencekam, atau suasana-suasana lain. Semua itu diwujudkan dengan
penataan panggung dan peralatan yang ada. Panggung dan peralatan
biasanya amat terbatas. Sementara itu, penggambaran setting sering
berubah-ubah hampir setiap adegan. Bagaimana caranya? Penata panggung
yang mengatur semua itu. Karena itu, penata panggung harus jeli dan
pandai-pandai memanfaatkan dan mengatur peralatan yang terbatas itu
untuk sedapat-dapatnya menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti
yang dikehendaki lakon drama.
7. Interpretasi Apa yang dipertontonkan ceritanya harus logis,
dengan kata lain lakin yang dipentaskan harus terasa wajar. Bahkan harus
diupayakan menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
4.8. Unsur-unsur Pementasan a. Naskah b. Pemain c. Sutradara d.
Tata rias e. Tata biarama f. Tata panggung g. Tata lampu h. Tata Suara
i. Pentonton
a. Naskah Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon.
Dalam naskah tersebut termuat nama-nama dan lakon tokoh dalam cerita,
dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan.
Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana,
tata lampu dan tata suara (musik pengiring)
b. Pemain Pemain adalah orang yang memeragakan cerita, berapa
jumlah pemain yang disesuaikan dengan tokh yang dibutuhkan dalam cerita,
setiap tokoh akan diperankan seorang pemain
c. Sutradara Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan, tugas
sutradara sangat banyak dan beban tanggung jawabnya cukup berat,
sutradara memilih naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah,
pemilihan pemain, melatih pemain dan mengkoordinasikan setiap bagian
d. Tata Rias Fungsi tata rias adalah menggambarkan tokoh yang
dituntut misalnya seorang pemain memerankan tokoh kakek maka wajah dan
rambutnya dibuat tamak tua.
e. Tata Busana Penata rias dan penata b usana harus bekerjasama
saling memahami, saling menyesuaikan, penata ris dan penata busana harus
mampu menafsirkan dan memantaskan ris dan pakaian yang terdapat dalam
naskah cerita misal tokoh nenek melarat, maka pakaian yang dikenakan
tidak menggunakan pakaian yang bagus dan mahal, karena kesalahan dalam
busana dapat juga mengganggu jalannya cerita.
f. Tata Lampu Pengaturan cahaya di panggung dibutuhkan untuk
mendukung jalan cerita yang menerangkan tempat dan waktu kejadian pada
sebuah cerita, untuk menggambarkan kejadian pada malam hari atau siang
hari, menggambar kejadian misal di tempat romantis.
g. Tata Suara Musik dalam pertunjukan drama adalah untuk
mendukung suasana, misal penggambaran kesedihan, ketakutan, kemarahan
dan lain-lain misal penggambaran cerita kesedihan seorang anak, kalau
diiringi musik yang sesuai, tentu kesedihan ini akan lebih terasa
diiringi musik berirama lembut, alat musik yang digunakan hanya seruling
yang mendayu-dayu, ketika adegan kemarahan diiringi musik berirama
cepat dan keras, penata musik berirama cepat lagu yang sudah ada ataupun
menciptakan lagu sendiri, penata suara harus memiliki kreativitas yang
tinggi.
h. Penonton Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan.
Bagaimanapun sempurnanya persiapan, kalau tak ada penonton rasanya tak
akan dimainkan. Jadi, segala unsur yang telah disebutkan sebelumnya pada
akhirnya untuk penonton.