TARI GANDRUNG
A. Nama Tari : Tari Gandrung
B. Asal Tari : Banyuwangi, Jawa Timur
C. Tema :
Untuk perwujudan puji syukur setelah masa panen
D. Sejarah tani
gandrung :
Kata
""Gandrung"" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan
yang agraris kepada Dewi Padi yang
membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan
sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen, dengan melibatkan
seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria)
dengan iringan musik gamelan . GANDRUNG merupakan seni
pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan
Bali. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari
gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju". Bentuk kesenian yang didominasi tarian
dengan orkestrasi khas ini populer di yang terletak di ujung timur Pulau Jwa,
dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika
Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering
dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di
berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan,
pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi
lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.Instrumen utama yang
mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu baola telah digunakan. Namun demikian, gandrung
laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang
diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan
seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada
tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Gandrung untuk menghibur para
pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan
hutan yang angkerGandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah
gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh
tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita
penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun
Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar
seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing”
(Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi).
Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan
sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh
adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama
panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan
menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh
para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai
banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian
ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan
eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
E. Jenis tarian :
Tradisional kerakyatan
F. Bentuk penyajian : Berkelompok
G.
Fungsi Tarian
Untuk sarana upacara adat, tarian
gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur, seperti
perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan, dan acara-acara resmi maupun
tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.
H.
Tata Busana :
- Bagian tubuh :
- manik-manik
- ikat pinggang dan sembong
- Bagian kepala :
- mahkota yang
disebut omprok
- tambahan ornamen bunga ( cundhuk mentul )
- Bagian bawah :
-
menggunakan kain
batik
I. Rias : rias cantik
J. Properti : selendang, kipas
K. Musik
Pengiring :
·
Eksternal
:
-
satu buah kemplung atau “GONG”
- satu buah “kluncing” (triangle)
- satu atau dua buah biola
- dua buah “gendhang”
- sepasang “Kethuk”.
·
Internal
:
-
diiringi panjak atau kadang-kadang disebut pengudang (pemberi
semangat)
- Peran panjak dapat diambil oleh
pemain kluncing.
- diselingi dengan “Saron” atau “Rebana”
sebagai bentuk kreasi dan diiringi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar